Rabu, 25 Januari 2017

Mau Dibawa Kemana Masa Pensiunku?

Setiap orang memiliki siklus hidup yang sama, dari saat lahir, memasuki masa sekolah, remaja, kuliah, bekerja, berkeluarga, dan seterusnya sampai pada akhirnya akan memasuki masa pensiun. Masa pensiun ini adalah saat menikmati hasil kerja keras yang telah dilakukan. Bekerja hampir menghabis setengah umur kita, minimal 35 tahun dari umur kita dihabiskan untuk bekerja. Apakah pernah terlintas dipikiran kita apa yang akan dilakukan saat kita pensiun nanti? Menghabiskan sisa usia dengan bergantung pada anak menantu kita atau menghabiskannya dengan mencoba hal-hal baru yang belum pernah kita coba sebelumnya dengan kebebasan finansial? Atau apakah kita yakin bahwa kondisi pekerjaan kita akan berjalan mulus selama 30 tahun? Apakah keluarga kita akan terbebas dari kesulitan finansial saat kita meninggal dunia sebelum masa pensiun?

Saat ini, dengan segala kesibukan kita sehari-hari, tiap hari terasa berjalan dengan sangat cepat. Kita serasa tidak pernah punya waktu untuk memikirkan 30 atau 35 tahun lagi, memikirkan deadline di depan mata saja dengan segala masalah-masalahnya kadang sudah hampir membuat kepala mau pecah. Apalagi memikirkan nanti. Kadang kita juga berpikir, "masa muda tidak terulang dua kali", maka kita menghabiskan masa muda selain dengan bekerja, juga mencoba hal-hal atau tempat-tempat baru, seperti pergi berlibur ke luar negeri atau melakukan olah raga ekstrim. Hal ini sebenarnya sah-sah saja, jika kita juga sudah memiliki tabungan yang cukup, baik untuk saat ini maupun masa tua nanti.

Banyak rekan-rekan kerja atau kerabat mengikuti program tabungan berkala untuk masa depannya. Tetapi kadang kita merasa kesulitan untuk menabung untuk mengimbangi pengeluaran bulanan yang tiap hari semakin meningkat. Sulit bagi sebagian orang untuk menyisihkan uangnya agar dapat menabung secara konsisten.

Sebagai pekerja, kita patut berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia yang telah memikirkan nasib-nasib pekerja dan keluarganya di hari tua nanti atau jika kejadian terburuk menimpa pekerja melalui suatu program BPJS Ketenagakerjaan, yaitu program jaminan hari tua http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/page/program/Program-Jaminan-Hari-Tua-(JHT).html dan jaminan pensiun http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/page/program/Program-Jaminan-Pensiun.html . Program ini, walaupun "memaksa" kita, untuk membayar iuran dari pemotongan gaji bulanan, namun manfaatnya dapat kita rasakan di saat kita tua nanti atau jika kita tidak mampu lagi bekerja. Iuran tersebut pun bersifat proprosional tergantung pendapatan yang kita terima. "Tabungan" selama kita mampu bekerja ini akan kita tuai saat tua nanti. Hal ini tentu diharapkan tidak akan membebankan keluarga maupun orang-orang disekitar kita.

Saat kita pensiun nanti, pasti yang kita idamkan adalah masa tua yang mandiri dan bahagia, tanpa membebankan anak menantu kita. Diantara kesibukan kita bekerja, secara "tidak sadar" kita sudah menabung melalui iuran BPJS Ketenagakerjaan. Manfaat dari BPJS Ketenagakerjaan ini tidak hanya dirasakan oleh pekerja saja, tetapi juga untuk keluarganya, misalnya uang jaminan pensiun untuk anak jika pekerja meninggal dunia dimasa produktif atau jaminan hari tua berupa dana jika sewaktu-waktu pekerja di PHK.

Program ini memberikan manfaat yang menguntungkan bagi pekerja, ditengah ketidakpastian kondisi pekerjaan dalam 30 - 35 tahun kedepan, misalnya kecelakaan kerja atau PHK karena kondisi ekonomi yang melemah.

Akhirnya, disaat pensiun nanti atau disaat kita tidak mampu lagi bekerja, kita akan menuai jaminan finansial yang stabil dan kebanggaan karena menjadi kakek nenek yang mandiri.

Kebebasan finansial adalah gaya hidup baru di masa tua nanti.

Cheers, 
RN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar